Kuis Mata Kuliah Dasar--Dasar Pemuliaan Pohon #3
1. Besar manakah korelasi antara
juvenile-mature sifat-sifat monogenik dengan sifat-sifat poligenik?
Lebih
besar korelasi antara juvenile-mature sifat-sifat poligenik, dibandingkan
dengan sifat-sifat monogenik. Pewarisan sifat-sifat poligenik diakibatkan oleh
adanya mutasi beberapa gen yang berkontribusi. Sementara itu, pewarisan sifat
monogenik hanya diakibatkan oleh adanya mutasi gen tunggal. Melihat kenyataan
di Indonesia khususnya, bahwa penyakit diabetes militus tipe 2 lebih banyak
diwariskan akibat adanya mutasi poligenik bersama-sama dengan obesitas. Sedangkan
pewarisan sifat monogenik terutama pada juvenile terjadi sangat jarang yaitu
pada kisaran 1:100.000 s.d. 1:500.000.
2. Mengapa seleksi alam selalu berhubungan
dengan karakter fungsi fisiologis? Mengapa bukan ukuran atau dimensi fenotipik?
Seleksi
alam adalah satu-satunya mekanisme yang diketahui menyebabkan adaptasi antara
individu-individu dalam suatu populasi. Gaya pendorong evolusi adalah seleksi
alam, bukan adaptasi. Seleksi alam penyebab menghasilkan adaptasi antara
individu-individu dalam suatu populasi selama proses evolusi. Tidak seperti
seleksi alam, adaptasi yang dibuat oleh sifat-sifat yang dikenal sebagai sifat
adaptif. Ciri-ciri ini akan meningkatkan kebugaran antarindividu dalam suatu
populasi.
Adaptasi
akan menghasilkan struktur, perilaku, atau fisiologis
perubahan, pada organisme termasuk didalamnya ukuran atau dimensi fenotipik.
Ini adalah proses langsung yang dilakukan oleh sifat adaptif yang dapat menyebabkan perubahan struktural, perilaku, atau
fisiologis dalam organisme. Hasil akhir adalah bahwa organisme dengan adaptasi ini
akan secara alami dipilih oleh proses evolusi. Seleksi alam dapat terjadi pada
tingkat yang berbeda seperti gen, organisme individu, populasi, dan spesies.
Sementara
itu, karakter fungsi fisiologis
bukan termasuk dalam bentuk adaptasi, melainkan salah satu contoh seleksi alam.
Perubahan ini terutama terjadi pada tingkat gen dan akhirnya akan menjadi
perubahan dalam tingkat yang disebutkan di atas. Seleksi alam tidak menyediakan
landasan moralitas atau etika dalam perilaku organisme, terutama pada manusia,
namun sifat adaptif akan berevolusi untuk mengubah perilaku tertentu terutama
di kalangan populasi.
3. Apakah suatu karakter yang dipilih bisa
berubah menurut waktu dan tempat? Apa yang harus kita lakukan?
Karakter
yang dipilih pada pemuliaan pohon dipengaruhi oleh frekuensi genotip. Frekuensi genotipe bisa berubah, sedangkan frekuensi gennya tetap. Ini
disebabkan populasi tersebut belum ada dalam keseimbangan (equilibrium), tetapi
pada generasi selanjutnya frekuensi gen dan genotipenya akan selalu konstan. Frekuensi
gen pada generasi keturunan tidak tergantung dari frekuensi genotipe orang
tuanya tetapi tergantung dari frekuensi gen orang tuanya.
Populasi bisa mencapai equilibrium
bila tak ada gaya–gaya yang dapat mengubah frekuensi gen. Faktor –
faktor yang penting yang mengubah equilibrium adalah seleksi, mutasi dan
migrasi. Kecepatan perubahan gen ini tergantung dari :
a.
Intensitas seleksi (banyaknya
individu yang diseleksi)
b.
Frekuensi gen yang diseleksi
c.
Sifat gen yang diseleksi, dominan
atau resesif
Seleksi dengan intensitas tertentu
akan lebih efektif bila sifat yang diseleksi banyak terdapat dalam populasi dan
tidak efektif bila sifat tersebut jarang. Sering dikatakan bahwa kemajuan
seleksi mula–mula tepat tetapi kemudian menurun pada generasi yang lebih
lanjut. Ternyata hal ini tidak demikian. Apabila suatu sikap yang disukai
jarang terdapat dalam populasi (frekuensi rendah), kemudian diseleksi dengan
intensitas yang tetap dari generasi ke generasi maka generasi permulaan
kemajuan seleksi amat lambat. Tetapi pada generasi yang lebih lanjut frekuensi
gen yang diseleksi dalam populasi bertambah sehingga kemajuan seleksi dalam
populasi bertambah sehingga kemajuan seleksi makin cepat sampai mencapai
maksimum kemudian menurun lagi.
Sumber :
Porestsky, Leonid. 2013. Principles of Diabetes Mellitus. Medical.
Setyawan, Ahmad Dwi, dkk. 2015. Prosiding Seminar Nasional Masyarakat Biodiversitas Indonesia.
Bogor: Masyarakat Biodiversitas Indonesia
Comments
Post a Comment